Kutuk Keturunan

Kutuk Keturunan
Pdt. Petrus Hadi M

Apakah saudara pernah merasa sesuatu seperti kutuk yang terjadi turun temurun dari orang tua atau bahkan kakek saudara? Bisa jadi itu adalah suatu siklus atau pola kutuk yang memang terjadi dalam keluarga saudara.
Dalam Kejadian 34:7 dikatakan bahwa Tuhan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya,kepada keturunan gilir ketiga dan keempat. 

Ayat ini sangat penting untuk kita mengerti. Dikatakan “kesalahan bapa”bukan kesalahan ibu,jadi para bapak mempunyai peranan yang amat sangat penting bagi generasi di bawahnya. Kalau saat ini saudara merasakan berada dalam garis kutuk yang diwarisi dari ayah atau kakek,mari kita minta Roh Kudus untuk menghentikan kutuk keturunan. Kita dapat dibebaskan dari kutuk keturunan oleh karena penebusan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi setiap kita orang percaya.

Posisi seorang ayah sangat penting untuk mempengaruhi generasi yang ada dibawahnya. Demikian juga ibu-ibu single parent yang membesarkan anak-anak mempunyai peran yang sama untuk generasi berikutnya. Kalau kesalahan terjadi pada generasi kita maka sesuai ayat firman Tuhan di atas maka kesalahan ini akan ditimpakan kepada anak,cucu sampai generasi ketiga dan keempat. Biasanya semakin ke bawah akan semakin buruk. Kutuk ini selalu mempunyai pola yang berulang dari generasi ke generasi. Sekali lagi saudara yang memegang posisi dan peran sebagai seorang ayah harus hati-hati. Kesalahanmu tidak hanya dibebankan kepadamu tetapi sampai kepada keturunanmu.

Sebagai seorang pria apabila engkau memukul istrimu di depan anak-anakmu maka mereka akan mencatatnya dan mengingatnya sampai ke alam bawah sadarnya. Pada saat dia sendiri sudah berkeluarga maka dia pun akan mempunyai kecenderungan untuk memukul istrinya kelak. Mungkin dia akan membenci tindakan seperti itu,tetapi karena ini adalah kutuk yang mengikat maka kekuatan dan kesadaran diri sendiri belumlah cukup untuk menghentikan kecenderungan melakukan kekerasan seperti ini. Dan apabila bapa-bapa melakukan perbuatan bejat maka perbuatan itu akan diikuti oleh generasi berikutnya. Dalam kitab Raja-raja diceritakan bahwa Omri adalah seorang raja yang kaya raya. Sedemikian kayanya Omri sampai dia membeli gunung Samaria dan mendirikan kota di gunung itu yang kelak menjadi ibukota kerajaan Israel Utara. Omri melakukan apa yang jahat dimata Tuhan dan bahkan lebih jahat dari pada pendahulunya (1 Raja-raja 16:25). Ada pola yang berulang dan semakin buruk. Kekuasaan Omri pun melebar sampai ke Sidon dimana dia membawa pulang seorang wanita untuk dinikahkan dengan anaknya Ahab. Perempuan itu adalah Izebel. Kelakuan Omri ditiru oleh Ahab dan semakin buruk lagi. Ahab dikenal sebagai raja yang paling puncak kejahatannya. Ini terjadi akibat dari pengaruh ayahnya.

Demikian mari kita perhatikan juga firman Tuhan dalam Kolose 3:21 “Hai bapa-bapa,janganlah sakiti hati anakmu,supaya jangan tawar hatinya.”

Tugas seorang ayah sangat kritis dan menentukan di akhir jaman ini. Perlakuan seorang ayah menentukan kesehatan mental dari anak-anak. Absennya seorang ayah memberikan kontribusi lebih besar daripada kemiskinan. Hal ini berakibat pada banyaknya tindak kejahatan. Penelitian dari Yale University menunjukkan bahwa tingkat kejahatan tertinggi berasal dari orang-orang yang bertumbuh tanpa seorang ayah. Bahkan John Hopkins menunjukkan tidak hanya secara psikologis tetapi juga terjadi secara fisik. Penyakit-penyakit degenerative seperti jantung,darah tinggi,diabetes dll jauh lebih banyak terjadi pada anak-anak yang tidak dekat dengan ayahnya Penemuan ini sebenarnya hanya menegaskan bahwa firman Allah tidak salah. Ada berita baik karena sebaliknya,dari penelitian ditemukan bahwa anak-anak yang dekat dengan ayahnya sebagian besar jauh dari perbuatan kejahatan,tidak melakukan seks sebelum nikah,berjalan di dalam kebenaran,aktif dalam kegiatan ibadah,menjadi orang-orang berprinsip dan lain sebagainya. 

Amsal 13:22a mengatakan:“Orang baik menginggalkan warisan bagi anak cucunya.”

Bagaimana seorang ayah mengajar anak-anaknya tidaklah lepas dari suatu keteladanan. Bagaimana mungkin seorang ayah melarang anakya merokok padahal anaknya melihat bahwa diapun masih merokok? Bagaimana mungkin seorang ayah menegor anaknya laki-laki untuk tidak pergi ke tempat pelacuran padahal nyata-nyata dia sendiri melakukannya? Tanpa keteladanan maka wibawa seorang ayah tidak akan ada artinya. Sekalipun engkau berteriak,tetap saja kata-katamu tidak akan ada artinya.

Mari kita refleksikan apakah ada kutuk yang mungkin masih melekat yang diakibatkan oleh dosa nenek moyang atau mungkin dosa kita sendiri yang akan menurun kepada anak kita. Ada 7 macam kutuk keturunan yang mengikat sangat kuat.

Dosa seksual
Termasuk didalamnya adalah perzinahan,perselingkuhan,memiliki kecenderungaan homoseksual,sulit lepas dari pornografi,kelainan seksual dan eksperimen melakukan kegiatan seksual yang tidak wajar.
Perjudian
Ini bisa turun di dalam darah. Perjudian baik nilainya besar atau kecil tetap saja judi. Ini bisa menjadi semacam kebiasaan yang dilakukan bukan hanya di tempat judi tetapi bisa dilakukan di semua aktifitas kehidupan. Mobil lewat pun bisa dibuat taruhan. Perjudian ini ada rohnya. Jangan anggap remeh.
Penyembahan berhala
Secara fisik penyembahan berhala dapat dilihat dari adanya patung-patung,jimat dan lain sebagainya. Tetapi kerakusan,ketamakan,cinta diri sendiri yang berlebihan juga adalah penyembahan berhala yang dibenci Tuhan.
Kekerasan dalam rumah tangga
Begitu banyaknya media massa yang menyiarkan berita KDRT seperti pemukulan,penggunaan kata-kata kasar bahkan ada yang menyiksa sampai pada kematian. KDRT akan semakin sulit disembuhkan apabila pelaku tidak pernah merasa bersalah dan selalu membenarkan diri. Aborsi adalah juga suatu bentuk kekerasan dalam rumah tangga.
Mabuk dan ketagihan minuman keras
Banyak orang yang merasa tertekan dan stress mencoba melarikan diri melalui minuman keras. Percayalah semuanya itu hanya hilang sebentar karena toh akan sadar kembali. Hal ini pun bisa menjadi ikatan yang kuat dan menurun.
Kebangkrutan karena ke tidak-jujuran
Saudara harus menjaga kejujuran baik dalam perkataan maupun perbuatan. Ketidak jujuran biasanya akan seperti spiral yang makin kebawah makin besar. Dimulai dari satu kebohongan saudara perlu dua kebohongan untuk menutupinya. Demikian seterusnya akan berlipat-lipat semakin besar. Orang-orang yang tidak jujur umumnya usahanya tidak berhasil dan tidak jauh dari kebangkrutan. Waspada dan coba gali dalam dirimu apakah ada pola yang sama dari generasi sebelumnya? Mungkin engkau pernah mencoba usaha ini dan itu tetapi semuanya tidak berhasil. Kemungkinan besar ada penghalang-penghalang yang membatasi keberhasilan usaha saudara.
Penyakit fisik
Memang tidak semua penyakit terjadi karena kutuk keturunan. Tetapi begaimanapun saudara perlu mewaspadai adanya penyakit yang terjadi turun temurun seperti diabetes,darah tinggi,asma dll.
Bagaimana kutuk turunan ini bisa terjadi?

Genetik
Kode-kode DNA seorang pria dibawa melalui proses pembuahan dalam rahim seorang wanita sehingga ada persamaan kode di dalam keturunannya. Kita bisa temukan hal ini di dalam penyakit-penyakit yang menurun seperti kencing manis.
Melalui teladan orang tua
Orang tua yang memberikan teladan kebaikan akan menurun. Demikian juga dengan dosa. Sadar atau tidak sadar kita sebagai orang tua sedang diamati oleh anak-anak kita. Taburkanlah benih yang baik untuk anak-anakmu.
Menghakimi orang tua kita
Roma 2:1 “Karena itu,hai manusia,siapapun juga engkau,yang menghakimi orang lain,engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab dalam menghakimi orang lain,engkau menghakimi dirimu sendiri karena engkau yang menghakimi orang lain,melakukan hal yang sama. Hati-hati dengan kata-kata penghakiman yang kita lontarkan kepada orang tua kita. Mungkin perbuatan mereka tidak baik,tetapi dengan menghakimi orang tuamu maka sebenarnya kita sedang menyimpan kesalahan orang tua untuk kita petik.
Setelah saudara mengenal berbagai macam kutuk yang mengikat maka harus ada keputusan yang kuat dari saudara untuk mematahkan kutuk keturunan tersebut. Kita tidak akan kuat menghadapinya sendiri orang-orang kuat yang mengikat. Perlu rekonsiliasi secara rohani dan ada kasih karunia untuk memutuskan kutuk-kutuk keturunan. Hal ini sangat perlu dilakukan supaya kutuk ini jangan turun ke generasi di bawah kita. Kita perlu Roh Kudus untuk mengingatkan kita kutuk keturunan apa yang mengikat kita saat ini. Kemudian minta ampun untuk perbuatan orang tua atau nenek moyang kita. Mintalah Tuhan untuk mematahkan dan menghapuskan kutuk-kutuk yang mengikat itu dengan kuasa darah Tuhan yang telah membayar lunas semua dosa kita di atas kayu salib. Dengan demikian saudara akan dibebaskan dari kutuk yang mengikat. Kita tidak mungkin merubah generasi yang ada diatas kita. Yang paling penting adalah memberikan pengaruh yang baik untuk generasi di bawah kita.

Kotbah Tahun 2013

Komentar

Postingan Populer