Sukkot

SUKKOT  

Perayaan ini menunjuk pada puncak perayaan dari tujuh hari raya. Sukkot merupakan peringatan atas penyertaan YHWH di padang gurun. YHWH hadir di tengah-tengah Yishrael melalui MISHKAN (Kemah Suci) di mana SHEKINAH YHWH berada di dalamnya. Bangsa Yishrael tinggal di pondok-pondok kayu sambil merayakan panen buah-buahan. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada saat mana “Kerajaan Seribu Tahun Damai” dan juga “Langit Baru dan Bumi Baru” di mana YHWH memerintah bersama Yesus Sang Mesias.

Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays[6] memberikan beberapa penjelasan mengenai Sukkot sehingga membantu bagi kita untuk menghayati makna yang terkandung di dalamnya. Nama lain yang diberikan untuk Perayaan Sukkot adalah Zman Shimkhatenu (Waktu Sukacita), mengapa? Secara historis, Sukkot bagi orang Yahudi menunjuk dua hal yaitu pesta panen buah-buahan sebagaimana digambarkan dalam Imamat 23 dan yang kedua sebagai tanda peringatan bahwa YHWH berkemah bersama leluhur Yisrael di padang gurun selama empat puluh tahun. YHWH hadir di Kemah Suci (Mishkan) dan suku-suku Yisrael tinggal dalam kemah-kemah.

Rumah tangga-rumah tangga Yahudi tradisional biasanya merayakan Sukkot dengan membangun pondok kayu di depan rumah mereka. Kegiatan ini menjadi suatu kegiatan yang menarik bagi masing-masing keluarga khususnya anak-anak. Mereka bisa berpartisipasi dengan menghias pondok-pondok kayu tersebut dengan gambar, ayat-ayat firman, dll. Pondok kayu yang dibuatpun semi permanen dengan atap yang terbuat dari daun-daun atau ranting-ranting kering. Pada permulaan Sukkot yang jatuh pada Tgl 15 Tishri (dimulai Tgl 14 Tishri pukul 18.00) maka masing-masing keluarga akan membuka dengan makan bersama di rumah. Ada penyalaan lilin hari raya. Ada makan roti dan anggur. Ada pengucapan Kiddush yaitu birkat untuk anggur dan roti dan diiringi nyanyian hari raya.

Pada hari ketujuh dalam tradisi kuno Yisrael dinamakan Shimkha Bet ha Shoevah (Sukacita Rumah Pencurahan Air) atau Hoshana Rabbah. Talmud memberikan kesaksian mengenai perayaan Sukkot di zaman Bait Suci yang kedua, yaitu Abad I Ms dimana imam sejak hari pertama akan mengambil air dari kolam Shiloam ke dalam kendi khusus dan membawanya ke dalam Bait Suci. Pada hari yang ketujuh Imam akan mencurahkan air yang diambil dari kolam Shiloam dan umat Yishrael akan bersorak-sorai dan menyanyikan Mazmur 113-118. Makna pencurahan air ini merupakan harapan akan adanya hujan di tahun yang akan datang dan sekaligus harapan prophetik akan adanya penebusan oleh Mesias di masa yang akan datang dan Tuhan berkemah diantara bangsa Yishrael. Dalam perayaan tersebut akan dibacakan Yesaya 12:3 sbb, “Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan”. Kata “keselamatan” dalam ayat tersebut dalam bahasa Ibraninya ha yeshuah. Maka pencurahan air tersebut bermakna pencurahan keselamatan.

Menariknya, Mesias pun merayakan ini dan menghubungkan peristiwa pencurahan air di Bait Suci kepada diri-Nya, saat Dia berkata dalam Yohanes 7:37-39 sbb: “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan”. Ritual Shimkha Bet ha Shoevah (Sukacita Rumah Pencurahan Air) menunjuk pada Mesias dan Yesus berkata kepada yang hadir bahwa diri-Nya adalah Mesias dengan menghubungkan ritual tersebut kepada diri-Nya.

Pada hari yang ke delapan akan dilaksanakan pertemuan kudus sebagaimana diperintahkan dalam Imamat 23:36, “Tujuh hari lamanya kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH, dan pada hari yang kedelapan kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan mempersembahkan korban api-apian kepada YHWH. Itulah hari raya perkumpulan, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat. Pertemuan pada hari kedelapan ini dinamakan Shemini Atseret. Kata shemona artinya “delapan”. Pada hari kedelapan lazim diadakan upacara Brit Millah atau “sunat”. Menariknya, Mesias pun melaksanakan ritual tersebut saat dia berusia delapan hari sebagaimana dikatakan dalam Lukas 2:21 sbb, “Dan ketika genap delapan hari dan Dia harus disunatkan, Dia diberi nama Yahshua, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Dia dikandung ibu-Nya”. Demikianlah Rasul Paul memberikan makna teologis peristiwa ini dalam Roma 15:8 sbb, “Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Tuhan, Mesias telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita,…”.



Pada hari kedelapan ini, dirayakan dengan baik di rumah maupun sinagog dengan meriah. Ditandai dengan pengucapan birkat atas unsur-unsur panen yang meliputi Lulav (ranting palem), Etrog (citrun), Hadas (semak berbunga putih), Arava (semacam pohon-pohonan). Unsur-unsur tadi akan digerakkan ke masing-masing penjuru mata angin sebagai simbol kemahahadiran Tuhan di seluruh dunia dan lambang sukacita panen. “Keempat Jenis” unsur-unsur tanaman tadi diperluas maknanya oleh para rabbi sbb: “Etrog yang memiliki rasa manis dan beraroma harum melambangkan orang yang memiliki pengetahuan akan Torah dan memiliki perbuatan baik. Lulav yang merupakan bagian dari pohon palem, memili rasa manis namun tidak beraroma wangi. Ini melambangkan orang yang memiliki pengetahuan Torah namun tidak memiliki perbuatan baik. Sementara Hadas tidak memiliki rasa manis namun beraroma wangi. Ini tipe orang yang yang memiliki perbuatan baik namun tanpa pengetahuan Torah. Akhirnya, Arava, tidak bercita rasa manis dan tidak beraroma wangi. Tipe orang yang tidak memiliki pengetahuan maupun perbuatan. Pada hari yang kesembilan, sebagai tambahan ada Simkhat Torah yaitu perayaan sukacita diberikannya Torah di Sinai. Pada hari ini dirayakan dengan menari di Sinagoga saat gulungan Torah dikeluarkan untuk dibacakan.

Perayaan Sukkot pun dihubungkan dengan kelahiran Sang Juruslamat. Dalam Yohanes 1 ayat 14 dikatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Sepintas ayat ini hanya memberikan informasi kepada kita mengenai hakikat Mesias sebagai Sang Firman YHWH yang menjadi manusia. Dan ayat ini menjadi kredo dasar atau pengakuan akan Keilahian Mesias sebagai Sang Firman YHWH. Namun mari kita perhatikan satu kata dalam ayat 14 yaitu kata yang diterjemahkan dengan “diam”. Kata Yunani eskenosen dari kata kerja skenoo yang artinya “membentangkan kemah”. Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon dari kata shakan yang artinya “kemah”. Kata “Pondok Daun” dalam Imamat 23:42 dalam bahasa Ibrani disebut dengan sukkot dan oleh Septuaginta, terjemahan TaNaKh dalam bahasa Yunani pada Abad III Sm, diterjemahkan dengan skenais dari kata skenoo.

Berdasarkan kajian kata dan bahasa di atas, maka Yohanes 1:14 dapat dibaca, “Firman itu telah menjadi manusia, dan berkemah di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Apa arti penting kata “berkemah” pada ayat 14?

Pertama, Yohanes hendak memberikan pesan tersembunyi bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan sukkot atau eorte skenon. Data ini diperkuat bahwa pada hari kedelapan, Yesus di sunat di Bait Suci. Tradisi penyunatan tidak harus jatuh pada saat Shemini Atseret (hari kedelapan Sukkot) namun Lukas 2:21 pasti terkait Shemini Atseret, jika memang benar terbukti bahwa Mesias lahir pada saat orang Yahudi merayakan Sukkot. Hal ini senada dengan kesaksian dalam Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Junjungan Agung, di kota Daud. Kapan persisnya yang dimaksud hari ini? Apakah pernyataan ini hanya merupakan pernyataan konotatif atau justru bersifat historis? Peristiwa yang benar-benar pernah terjadi? Perkataan hari ini bukan ungkapan konotatif melainkaan bersifat historis. Kata “hari ini” menunjuk pada konteks ruang dan waktu bahwa Mesias sebagai tanda keselamatan bagi dunia telah lahir, yaitu pada bulan Tishri saat orang-orang Yahudi merayakan Sukkot.

Kedua, bahwa Sang Firman menjadi manusia dan berkemah di antara manusia memberikan makna teologis yang mendalam bahwa YHWH telah melawat manusia, berdiam diantara manusia, menyatakan kemuliaan-Nya ditengah-tengah manusia. Dan Mesias akan menyatakan diri-Nya kembali dan berkemah di bumi untuk mengadili bangsa-bangsa sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 21:1-3 sbb,  “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Tuhan, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Tuhan ada di tengah-tengah manusia dan Dia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Tuhan mereka”.

Demikianlah penjelasan singkat perihal Tujuh Hari Raya yang ditetapkan YHWH di Sinai dan korelasinya dengan karya Mesias. Dengan merayakan tujuh hari raya YHWH tersebut kita menghayati karya YHWH di dalam Yesus Sang Mesias dalam dinamika sejarah hidup Bangsa Yisrael. Serentak dalam konteks kekinian, kita bersama-sama berefleksi atas karya YHWH di dalam Yesus Sang Mesias, dalam kehidupan  spiritual dan moral kita sebagai orang beriman. Sementara secara profetis, kita menantikan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang yang menunjukkan tindakan YHWH di dalam Yesus Sang Mesias yang melakukan intervensi dan perubahan dalam sejarah kehidupan manusia.



End Notes:

[1] Jewish New Testament Commentary, Clarksville: JNTP 1992, P.610


[2] God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays, Lederer Books 1993, p.vi

[3]

[4] Ibid, p. 64-67

[5] Ibid., p. 77-86

[6] Ibid., P. 91-104

Komentar

Postingan Populer